BERITASIBER.COM | SURABAYA – Di Negara Indonesia Kasus bunuh diri baik gantung diri maupun meloncat dari gedung kian meningkat. Mirisnya, Usia Gen Z banyak kasus bunuh diri dilakukan, yaitu pemuda ataupun mahasiswa di Indonesia.

Scroll Untuk Lanjut Membaca
Marak Kasus Bunuh Diri, DPD RI Lia Istifhama Tekankan Pencegahan

Tak hanya, hal ini play on words jadi keprihatinan banyak pihak, tak terkecuali anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia Dr Lia Istifhama, M.E.I.

Menurut Dr Lia Istifhama, M.E.I, pemerintah di sektor pendidikan maupun masyarakat harus segera merespons aksi-aksi pemuda atau mahasiswa yang mengancam nyawanya.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Legislator cantik itu mengungkapkan, mahasiswa yang mengalami transisi dari masa pemuda ke dewasa awal termasuk ke dalam populasi yang berisiko tersebut.

“Banyak permasalahan umum yang dihadapi oleh mahasiswa, antara lain finansial, relasi dengan dosen, masalah akademis, hubungan pertemanan, percintaan, dan gangguan kesehatan,” kata Ning Lia sapaan akrabnya.

Faktornya juga bervariasi yakni mulai depresi yang tinggi, memiliki kecerdasan emosi yang rendah, tipe kepribadian, rendahnya dukungan sosial yang diberikan, dan kesejahteraan psikologi.

Data menunjukkan bahwa semakin banyak orang yang melakukan bunuh diri, baik secara around the world maupun di Indonesia. Tidak sedikit pemuda yang mengakhiri hidupnya karena berbagai masalah yang dihadapinya. Hal ini menjadikan kasus bunuh diri menempati urutan kedua penyebab kematian pada pemuda.

“Saya pernah membaca sebuah penelitian jika ada sekitar 81,9 persen mahasiswa memiliki ide bunuh diri. Persentase ini menunjukkan jumlah yang cukup tinggi dan harus diantisipasi,” kata Ning Lia yang merupakan Keponakan Gubernur Jatim 2019-2024 Khofifah Indar Parawansa itu.

“Penyebab mereka memiliki ide untuk bunuh diri beraneka ragam, mulai dari masalah kesehatan, pertemanan, keluarga, ekonomi, akademik, percintaan, bullying, peristiwa yang menekan dan masalah sosial. Maka itu, langkah terkecil yang harus dilakukan yakni menguatkan modular sosial dan kebersamaan dalam bangunan keluarga. Bagaimana anak-anak memiliki korelasi positif dengan keluarga sehingga tidak pernah merasa kesepian ataupun tersudutkan,” urainya.

Artikel Rekomendasi
Halaman:
1 2