BERITASIBER.COM | LAMONGAN – Dalam membangun ketahanan ekonomi nasional, kita tidak bisa lagi mengandalkan pendekatan sentralistik dan sektoral. Diperlukan kekuatan dari akar rumput, dari desa dan kelurahan yang menjadi denyut nadi ekonomi rakyat.

Di sinilah peran Koperasi Merah Putih menjadi krusial sebagai motor penggerak ekonomi lokal yang berbasis gotong royong, digitalisasi, dan kemandirian pangan.
Koperasi Merah Putih harus menjawab tantangan zaman dengan menghadirkan ekosistem usaha yang memadukan nilai-nilai tradisional dengan inovasi digital. Digitalisasi koperasi tidak hanya menyangkut transaksi daring, melainkan juga mencakup efisiensi rantai pasok, pemasaran berbasis teknologi, sistem informasi keuangan yang transparan, dan konektivitas antar pelaku usaha kecil yang tersebar di berbagai wilayah.
Di era disrupsi saat ini, koperasi memiliki peran penting dalam menumbuhkan wirausahawan baru yang produktif dan kompeten. Koperasi bisa menjadi inkubator bisnis bagi masyarakat desa yang memiliki potensi namun kurang akses terhadap modal, pelatihan, dan pasar.
Lewat pendampingan yang terstruktur dan terarah, koperasi mampu menjadi tempat belajar berwirausaha sekaligus ruang tumbuh bagi UMKM yang berkelanjutan.
Namun, satu hal yang perlu menjadi perhatian serius adalah munculnya homogenitas produk antar desa dan kelurahan. Ketika berbagai desa memproduksi komoditas atau barang yang sama, tanpa inovasi dan diferensiasi, maka yang terjadi adalah persaingan harga yang tidak sehat.
Akibatnya, banyak produk lokal yang menumpuk, tidak terserap pasar, dan pada akhirnya menjadi beban bagi produsen itu sendiri.
Dalam konteks ini, penting untuk menekankan konsep keunggulan kompetitif antar wilayah. Artinya, setiap desa atau kelurahan perlu mengembangkan keunikan produk yang berbasis pada potensi lokal baik dari aspek sumber daya alam, budaya, keahlian masyarakat, maupun kearifan lokal lainnya. Dengan cara ini, kualitas dan kapasitas produk dapat diutamakan dan nilai jual dapat ditingkatkan.
Sebagai contoh, sebuah desa yang memiliki potensi dalam pengolahan hasil pertanian bisa fokus pada produk olahan pangan lokal berbasis kearifan tradisional. Sementara desa lain yang memiliki keunggulan di sektor kerajinan tangan bisa difokuskan pada pengembangan ekonomi kreatif.
Diversifikasi dan spesialisasi seperti ini akan menciptakan ekosistem ekonomi yang sehat dan saling melengkapi, bukan saling meniadakan.
Koperasi Merah Putih juga harus menjadi pelopor dalam memperkuat ketahanan pangan lokal. Ketahanan pangan tidak hanya berarti ketersediaan bahan pangan, tetapi juga mencakup distribusi, harga yang terjangkau, serta konsumsi yang berkelanjutan.
Dengan melibatkan koperasi sebagai lembaga yang mampu menjangkau petani dan konsumen secara langsung, kita bisa memangkas rantai distribusi yang panjang dan mahal.