BERITASIBER.COM | MOJOKERTO – Peringati malam satu suro, puluhan penggiat budaya di Mojokerto melakukan ritual jamasan atau biasa di sebut siraman.

Scroll Untuk Lanjut Membaca
Puluhan Penggiat Budaya di Mojokerto Lakukan Ritual Jamasan di Malam Satu Suro

Ritual yang berlangsung di dua tempat yaitu di Candi Brahu, Dukuh Jambu Mente, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto di mulai dari pukul 18.00 WIB hingga selesai pada pukul 00.00 WIB dengan melakukan ritual doa-doa lintas agama dan di lokasi kedua yaitu Punden Mbah Sumber Sari di Dusun Jati Sumber, Desa Watesumpak, Trowulan, Kabupaten Mojokerto.

Salah satu panitia, Saiful Mustofa (36) mengatakan, sudah dua tahun ini penggiat budaya di Mojokerto melakukan ritual di malam 1 Suro, untuk melakukan ritual doa-doa di Candi Brahu. Mengingat Candi Brahu sendiri yang tertua dan sebelum era kerajaan Majapahit.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

“Ya kita mengambil tempat untuk ritual doa-doa di Candi Brahu, dikarenakan Candi Brahu ini tertua dan sebelum kerajaan Majapahit ada candi ini sudah ada, sesudah melakukan ritual doa-doa dan tumpengan di Candi Brahu, kita langsung melakukan jamasan atau siraman yaitu di lokasi kedua tepatnya di punden Mbah Sumber Sari,” ucapnya.

Ritual jamasan atau siraman yang di lakukan penggiat budaya di Punden Mbah Sumber Sari ini tidak untuk menjamas pusaka atau biasa disebut keris dan banyak jenis lainnya.

Melainkan ritual malam 1 suro yang dilakukan penggiat budaya saat ini jamasan terhadap sekujur tubuhnya pada dirinya masing-masing.

Sebelum dilakukan jamasan atau siraman yaitu melakukan ritual-ritual doa kembali di lokasi jamasan, sesudah itu melakukan siraman pembasahan di seluruh tubuh dan membawa bunga di pancuran Yoni.

“Jadi sebenarnya tidak ada perbedaan jamasan pusaka atau jamasan di manusia, intinya sama-sama menghargai. Tujuannya kan sama jamasan atau siraman untuk membersikan diri, maknanya kita ingin bersih dan kita mengembalikan diri dan bersyukur karena kita diberikan kesempatan dan diberikan kehidupan oleh sang pencipta. Sama halnya dengan jamasan pusaka,” terang Saiful.

Artikel Rekomendasi
Halaman:
1 2