BERITASIBER.COM | LAMONGAN – Tahun 2024 membawa tantangan ekonomi yang berat, baik di tingkat global maupun nasional. Di Indonesia, utang negara yang melonjak hampir mencapai 8.000 triliun rupiah, inflasi yang tak kunjung mereda, serta fenomena pekerjaan yang semakin sulit didapatkan, menjadikan tahun ini sebagai titik kritis bagi generasi muda, terutama generasi milenial dan Z.
Di sisi lain, perubahan ekonomi yang pesat, seperti era belanja digital, turut memperburuk ketidakpastian ekonomi. Semua ini memunculkan kebutuhan untuk meningkatkan kesiapan ekonomi melalui pendidikan yang lebih adaptif dan berbasis kewirausahaan.
Dalam konteks ini, pendidikan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Lamongan (FEB UNISLA) memainkan peran penting dalam menyiapkan mahasiswa menghadapi tantangan ekonomi global yang semakin kompleks.
Jeratan Utang dan Inflasi: Ancaman Ekonomi untuk Generasi Muda
Salah satu isu yang sedang dihadapi oleh Indonesia adalah peningkatan utang nasional yang terus membengkak. Utang yang terus melonjak hampir mencapai 8.000 triliun rupiah menunjukkan betapa besar beban ekonomi yang harus ditanggung oleh negara.
Tidak hanya itu, inflasi yang meningkat juga menambah tekanan pada perekonomian masyarakat. Kenaikan harga kebutuhan pokok, yang semakin melilit masyarakat, menjadi salah satu faktor yang mendorong inflasi.
Di tengah kenaikan harga bahan pokok, pemerintah juga menaikkan pajak dan memotong gaji untuk program Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera), yang semakin memberatkan daya beli masyarakat.
Namun, yang lebih memprihatinkan adalah tingginya tingkat utang pada individu, terutama di kalangan generasi muda. Generasi milenial dan Z, yang seharusnya menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia, justru banyak terjebak dalam jeratan utang.
Banyak dari mereka yang terjebak membeli barang-barang konsumtif seperti mobil dan rumah dengan cara mencicil, yang menambah beban finansial mereka.
Sementara itu, generasi Z cenderung lebih mudah tergoda dengan pinjaman online (pinjol) dan paylater yang memberikan kemudahan berbelanja secara kredit. Sayangnya, sebagian besar dari mereka akhirnya terjebak dalam lingkaran utang yang sulit untuk dibayar kembali. Hasilnya, banyak yang justru menggunakan pinjaman baru untuk menutupi pinjaman lama, memperburuk keadaan keuangan pribadi mereka.
Kondisi ini tentu saja menciptakan ketidakpastian ekonomi, baik bagi individu maupun negara. Jika tidak segera ditangani, beban utang ini akan menghambat pertumbuhan ekonomi nasional dan memperburuk kesejahteraan masyarakat.
Generasi muda harus diberi pemahaman yang lebih baik mengenai pengelolaan keuangan dan investasi yang bijaksana, agar tidak terjebak dalam utang yang tidak produktif.
Kompetisi yang Makin Ketat: Tuntutan Keterampilan dan Kompetensi
Tantangan berikutnya yang dihadapi oleh generasi muda adalah semakin ketatnya kompetisi dalam dunia kerja. Di tahun 2024, diperkirakan sekitar 10 juta generasi Z di Indonesia masih menganggur, belum mendapatkan pekerjaan yang layak.
Ditambah lagi, ada lebih dari 40.000 lulusan S1 yang ikut bersaing untuk mendapatkan pekerjaan. Dengan jumlah angkatan kerja yang terus meningkat, sedangkan jumlah lowongan pekerjaan terbatas, persaingan menjadi sangat sengit.
Hal ini semakin diperburuk dengan adanya krisis yang melanda beberapa sektor industri, termasuk perusahaan besar dan pabrik yang terpaksa bangkrut, serta penutupan 12 bank yang turut menambah tingkat pengangguran.
Pekerjaan yang ada pun tidak menjamin kesejahteraan. PHK semakin marak, dan para pekerja sering kali tidak mendapatkan hak-hak mereka sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Lalu, bagaimana dengan masa depan para lulusan baru yang terjebak dalam keadaan seperti ini? Persaingan yang ketat ini mengharuskan para lulusan untuk memiliki keterampilan yang lebih unggul, tidak hanya dalam bidang akademik, tetapi juga keterampilan praktis yang relevan dengan dunia kerja yang terus berubah.
Era Belanja Digital dan Dampaknya pada Ekonomi UMKM