BERITASIBER.COM | LAMONGAN – Memasuki tahun 2025, Kabupaten Lamongan menjadi saksi dari geliat ekonomi yang semakin dinamis. Di tengah tantangan global yang kian kompleks, sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) tampil sebagai motor penggerak utama perekonomian daerah.
Dengan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% pada produk barang mewah, pelaku UMKM di Lamongan justru melihat peluang besar untuk melakukan substitusi produk lokal yang mampu bersaing.
Selain itu, kegiatan ekonomi berbasis komunitas seperti “Minggu Ceria” di Alun-Alun Lamongan terus memberikan ruang bagi inovasi dan kolaborasi.
Dalam konteks ini, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Lamongan (FEB UNISLA) juga memiliki peran strategis sebagai penggerak dan mitra strategis dalam membangun ekosistem ekonomi Lamongan yang inklusif dan berdaya saing.
UMKM Lamongan: Pilar Utama Ekonomi Daerah
UMKM telah lama menjadi tulang punggung perekonomian Kabupaten Lamongan. Dengan karakteristik fleksibilitas dan kemampuan adaptasi yang tinggi, UMKM di Lamongan mampu menjawab kebutuhan pasar lokal hingga nasional.
Produk seperti batik, makanan olahan, dan kerajinan khas Lamongan memiliki nilai tambah tinggi yang mampu menjadi substitusi produk barang mewah yang harganya melambung akibat kenaikan PPN.
Langkah strategis yang dapat diambil oleh UMKM adalah meningkatkan kualitas produk agar memenuhi ekspektasi konsumen premium. Contohnya, pelaku UMKM batik dapat mengemas produk dengan sentuhan modern tanpa meninggalkan ciri khas tradisional.
Sementara itu, sektor kuliner dapat memanfaatkan bahan lokal untuk menciptakan produk yang sehat dan ramah lingkungan. Inovasi semacam ini membuka peluang baru untuk meningkatkan daya saing produk lokal di pasar yang lebih luas.
Kenaikan PPN: Tantangan atau Peluang?
Kenaikan PPN 12% pada barang mewah memang memicu reaksi beragam. Namun, di balik tantangan tersebut, terdapat peluang besar bagi UMKM untuk menggantikan produk barang mewah dengan produk lokal berkualitas.
Sebagai contoh, furnitur lokal dengan desain artistik dan ramah lingkungan dapat menggantikan produk impor yang terkena dampak kenaikan pajak.
Dalam hal ini, pemerintah daerah perlu memberikan dukungan berupa pelatihan dan pendampingan agar UMKM mampu memahami kebutuhan pasar premium. Insentif berupa keringanan pajak bagi UMKM yang berkontribusi pada substitusi produk impor juga dapat menjadi langkah strategis untuk mendorong pertumbuhan sektor ini.
Minggu Ceria: Simbol Ekonomi Kreatif Lamongan
“Minggu Ceria” atau yang akrab disebut Mince di Alun-Alun Lamongan telah menjadi wadah bagi pelaku UMKM untuk memamerkan dan menjual produk mereka.
Mince bukan hanya sekadar tempat berbelanja, tetapi juga ruang interaksi sosial dan budaya yang memperkuat identitas ekonomi kreatif Lamongan.