Oleh : DR Abid Muhtarom,SE.,MSE ( Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNISLA)

Bisnis maklon, atau yang lebih dikenal sebagai contract manufacturing, merupakan peluang yang semakin berkembang di kalangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia.
Dalam era globalisasi dan digitalisasi, di mana persaingan semakin ketat dan kompleksitas produksi semakin meningkat, bisnis maklon hadir sebagai solusi yang mampu menjawab tantangan tersebut. Namun, seperti halnya setiap peluang, bisnis maklon juga memiliki tantangan tersendiri yang perlu dihadapi oleh UMKM.
Apa Itu Bisnis Maklon?
Bisnis maklon adalah bentuk kerjasama di mana perusahaan besar (principal) menyerahkan sebagian atau seluruh proses produksinya kepada perusahaan lain (maklon), yang umumnya berkapasitas lebih kecil.
Dalam konteks UMKM, maklon berarti UMKM dapat memanfaatkan fasilitas produksi yang sudah ada tanpa perlu menginvestasikan modal besar untuk membangun pabrik atau membeli peralatan produksi. Produk yang dihasilkan melalui maklon ini kemudian dapat dipasarkan dengan merek perusahaan principal atau bahkan dengan merek UMKM itu sendiri.
Keuntungan Bisnis Maklon bagi UMKM
1. Mengurangi Beban Investasi
Bagi UMKM yang sering terkendala masalah modal, bisnis maklon merupakan angin segar. Dengan memanfaatkan jasa maklon, UMKM tidak perlu mengeluarkan biaya besar untuk membeli peralatan produksi, menyewa pabrik, atau merekrut tenaga kerja ahli. Hal ini tentunya sangat meringankan beban investasi awal dan risiko usaha.
2. Fokus pada Pemasaran dan Inovasi
Dengan menyerahkan proses produksi kepada pihak ketiga, UMKM dapat lebih fokus pada aspek pemasaran, distribusi, dan inovasi produk. Ini memungkinkan UMKM untuk memperkuat brand mereka dan mengembangkan strategi pemasaran yang lebih efektif tanpa harus terganggu oleh masalah produksi.
3. Meningkatkan Skala Produksi dengan Cepat
Bisnis maklon memungkinkan UMKM untuk meningkatkan skala produksi mereka dalam waktu singkat. Jika permintaan pasar meningkat, UMKM dapat langsung menambah pesanan kepada pabrik maklon tanpa harus memperluas fasilitas produksi mereka sendiri. Hal ini membuat UMKM lebih fleksibel dan responsif terhadap dinamika pasar.
4. Akses ke Teknologi dan Keahlian