Usai diarak keliling desa, gunungan diletakkan di lapangan utama dan menjadi rebutan warga. Tradisi “berebut berkah” ini diyakini membawa keberuntungan bagi siapa pun yang berhasil mendapatkan bagian dari hasil bumi tersebut.
Anak-anak, remaja, hingga orang dewasa tumpah ruah dengan wajah penuh suka cita. Meski berebut, suasana tetap berlangsung tertib dan meriah, menunjukkan nilai gotong royong dan kebersamaan yang masih kuat di tengah masyarakat desa.
Kegiatan kirab gunungan dan sedekah bumi di Desa Sukoanyar juga menjadi daya tarik wisata budaya yang potensial. Setiap tahunnya, acara ini mampu menarik perhatian pengunjung dari luar daerah yang ingin menyaksikan langsung tradisi khas Lamongan ini.
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lamongan mengapresiasi pelaksanaan kegiatan tersebut. Pihaknya berharap tradisi semacam ini terus dilestarikan sebagai bagian dari kekayaan budaya Lamongan dan warisan budaya bangsa.
“Ini adalah aset budaya yang perlu terus didorong dan dipromosikan. Tradisi seperti ini bisa menjadi potensi wisata lokal yang membanggakan,” ujar Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lamongan Siti Rubikah.
Dengan gelaran Kirab Gunungan Sedekah Bumi, warga Desa Sukoanyar berhasil menghadirkan perayaan HUT ke-80 RI yang bukan hanya meriah, namun juga sarat makna budaya dan spiritual.
“Kegiatan ini menjadi bukti bahwa semangat nasionalisme dan kecintaan terhadap budaya lokal dapat berjalan beriringan, menciptakan harmoni di tengah masyarakat,” jelas Rubikah.(Bs).