BERITASIBER.COM | YOGYAKARTA – Menyoal permasalahan pemulung di Yogyakarta, ataupun di kota/daerah lain di Indonesia akan membuat kita dilematis. Ditinjau dari sudut pandang pemulung tentu saja mereka membenarkan, menganggap perbuatan mereka sah-sah saja dalam mencari rezeki. Tidak ada banyak pilihan dalam hidup mereka. Tidak banyak waktu untuk mengembalikan sampah-sampah itu ketempat semula.
“Menjadi pemulung, bagi pemulung berarti mereka telah siap dihinakan, dipandang sama seperti sampah yang mereka pungut. Kotor, bau, dan menjijikkan. Jadi kepalang tanggung. Sudah dicap hina, lalu mereka pun bekerja seefektif mungkin,” kata Santi, aktivis Asosiasi Pekerja Pemulung DIY, Senin (30/12/2024).
Santi menjelaskan, pekerjaan memulung adalah memungut yang berharga, lalu pergi ke tong sampah berikutnya tanpa harus menghabiskan waktu untuk mengembalikan sampah yang berserakan ke dalam tong sampah. Ditinjau dari kacamata pemerintah kota, jelas sekali kelakuan pemulung semacam ini sangat merepotkan dan menjengkelkan.
“Tentu saja petugas kebersihan yang kebagian jatah membereskan ulah pemulung itu. Memungut satu persatu sampah yang terserak kemudian dimasukkan kedalam mobil pengangkut sampah. Wajar jika petugas Satpol PP atau dinas kebersihan yang memergoki pemulung yang sedang mengobrak-abrik tong sampah akan marah besar. Petugas-petugas ini sudah tahu apa yang akan terjadi jika hal tersebut tidak ditegur atau dihentikan ditempat. Hasilnya sampah-sampah pasti akan terserak disekitar tong sampah,” ungkapnya.