BERITASIBER.COM | MAKKAH – Perjalanan ibadah haji tahun ini bagi Kloter SUB 59 KBIHU Darmus dari Kabupaten Lamongan menjadi cerminan suksesnya manajemen dan komunikasi intensif antara berbagai elemen penyelenggara ibadah haji.

Dengan adanya perubahan sistem dari model kloter menjadi kafilah, serta pengelolaan yang kini berbasis syarikah, tantangan baru pun muncul. Namun, KBIHU Darmus berhasil menunjukkan bahwa komunikasi dan koordinasi yang erat dapat menjadi fondasi dalam menghadapi tantangan tersebut.
Dr. Abid Muhtarom, PHD, perwakilan Jawa Timur yang turut mendampingi pergerakan jamaah, menjelaskan bahwa proses penjemputan dari hotel ke Arofah berjalan sesuai skema dan jadwal yang telah ditetapkan oleh pihak syarikah.
“Tidak ada keterlambatan berarti, bahkan jamaah tiba lebih awal di tenda Arofah. Hal ini memberikan ruang yang cukup untuk memastikan proses penempatan berjalan tertib dan tanpa kendala, meskipun tenda tersebut juga ditempati oleh jamaah dari KBIHU lain,” ungkap Dr. Abid.
Kondisi di Arofah dinilai cukup kondusif, tanpa penumpukan atau kekurangan layanan. Konsumsi pun terlayani dengan baik, bahkan jamaah dari luar kafilah 59 yang ikut menempati tenda mendapatkan pelayanan konsumsi yang memadai.
“Ini menunjukkan bahwa sinergi dengan syarikah berjalan dengan baik,” tambahnya.
Untuk pergerakan dari Arofah ke Muzdalifah, KBIHU Darmus mengambil keputusan strategis dengan memilih keberangkatan akhir sekitar pukul 23.00 waktu Mekkah.
Langkah ini diambil untuk menghindari potensi kepadatan dan kemacetan yang biasa terjadi pada jam-jam awal. Keputusan tersebut terbukti efektif, di mana semua jamaah, baik yang menjalankan murur maupun tidak, berhasil diangkut tanpa mengalami keterlambatan atau penelantaran.
Menariknya, karena waktu melintas di area Muzdalifah sudah melewati pukul 00.00 waktu Mekkah, jamaah tidak turun dan langsung diarahkan menuju Mina.
Tiba di Mina sebelum pukul 02.00 dini hari, para jamaah langsung menempati tenda yang telah ditentukan oleh syarikah di lokasi RHL 250. Skema ini juga meminimalisasi risiko kelelahan dan kehilangan arah bagi jamaah lansia atau berkebutuhan khusus.
Keseluruhan jamaah KBIHU Darmus sepakat mengambil Nafar Sani, yakni mabit di Mina hingga tanggal 13 Dzulhijjah. Langkah ini dinilai sebagai strategi terbaik untuk menghindari kepadatan arus balik menuju hotel, mengingat pada 12 Dzulhijjah biasanya terjadi lonjakan besar jamaah yang ingin segera menyelesaikan proses mabit.
Joko Nursiyanto, salah satu jamaah dari KBIHU Darmus, ia menyatakan kepuasannya terhadap sistem baru yang diterapkan tahun ini, meskipun awalnya cukup menantang.